Cari Blog Ini

Laman

Selasa, 31 Mei 2011

Penyuluhan Penyakit Menular Seksual (PMS)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita  lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.Oleh karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian besar gejala yang timbul hampir tak dapat dirasakan.
Penyakit yang termasuk dalam PMS adalah Sifilis, Gonorhoe, Jengger Ayam, Herpes, dan sebagainya. Cakupan PMS yang diobati di seluruh kabupaten di Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68,64%, padahal target SPM 100%. Menurut data tersebut maka dapat disimpulkan masih sangat diperlukan promosi kesehatan tentang PMS. Promosi kesehatan sangat penting mengingat tingginya prevalensi penyebaran penyakit dan kurangnya kesadaran akan bahaya dari PMS tersebut. Salah satu cara untuk melakukan promosi kesehatan adalah dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai PMS, terutama kepada masyarakat yang berisko tinggi tertular atau mengidap penyakit menular seksual. Namun, tidak ada salahnya bila sasarannya adalah siswa SMP dan SMA atau sederajat, mengingat usia tersebut sudah tergolong usia produktif. Oleh karena itu diperlukan kegiatan Field Lab ini untuk mengaplikasikan program tersebut kepada masyarakat secara langsung karena kompetensi seorang dokter tidak hanya mengobati suatu penyakit, tetapi juga melakukan pencegahan penyakit tersebut.

B.     Tujuan
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa mampu:
1.    Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS.
2.      Melakukan pendataan tentang keberhasilan program pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.
3.      Memahami tatalaksana HIV/AIDS.
4.      Melakukan rujukan kasus spesifik penyakit PMS.


BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A.    Hari Pertama
Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 April 2010. Kami mendapatkan pengarahan dari kepala Puskesmas Sambung Macan II, dr.Udayanti, dibantu oleh instruktur lapangan, Pak Haryanto, mengenai penyuluhan-penyuluhan yang telah dilaksanakan di wilayah Sambung Macan II, khususnya dalam hal penyakit menular seksual. Dari pemaparan dr. Udayanti, dan Pak Haryanto, di wilayah Sambung Macan II, tidak didapatkan penderita AIDS, baik dikalangan remaja maupun orang tua. Hal ini dikarenakan kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas, sudah cukup efektif dan efisien.
Untuk memperoleh data-data mengenai penderita AIDS di daerah Puskesmas Sambung Macan II, Sragen, kami harus mencari di Puskesmas Manahan dan Sangkrahan karena memang kepengurusan Puskesmas Sambung Macan II baru saja dibentuk sehingga dokumen-dokumen kepengurusan lama belum semuanya terkumpul. Puskesmas Manahan dan Sangkrahan merupakan pusat data puskesmas di eks-karesidenan Surakarta.
Setelah mendapat pengarahan, kami merencanakan kegiatan penyuluhan untuk pertemuan berikutnya serta menetapkan target sasaran penyuluhan. Target penyuluhan diantaranya siswa-siswi SMP, dan SMA/ se-derajat. Namun, di wilayah kerja puskesmas, hanya didapatkan SMA dan STM. Pihak puskesmas menyarankan kami untuk melakukan penyuluhan di SMA N 1 Sambung Macan dengan pertimbangan lokasi. Ini merupakan pengalaman pertama kami dalam melakukan penyuluhan, maka diperlukan peserta penyuluhan yang kooperatif. Oleh karena itu, kami mengikuti saran kepala puskesmas untuk melakukan penyuluhan di SMAN 1 Sambung Macan. Untuk mematangkan perencanaan, kami yang didampingi Pak Haryanto memberitahu pihak sekolah mengenai program penyuluhan kami. Dari negosiasi tersebut ditetapkan tanggal pelaksanaannya jatuh pada hari Kamis tanggal 29 April 2010 yang akan dimulai pada pukul 09.30 di laboratorium IPA, dengan peserta siswa-siswi kelas XI sejumlah kurang lebih 80 orang.

B.     Hari Ke Dua
            Pada Hari ke dua Field Lab, yaitu tanggal 29 April 2010, kami menyiapkan segala sesuatu untuk melakukan penyuluhan. Materi, computer, speaker, dan barang-barang pelengkap lainnya. Tak lupa kami mempersiapkan satu hal yang amat sangat penting dan berpengaruh terhadap kelancaran penyuluhan ini, yakni ’mental’. Sebelum kami berangkat ke sekolah sasaran, kami berkumpul di puskesmas untuk persiapan akhir sekaligus berangkat bersama dengan pihak puskesmas untuk mendampingi kami.
Penyuluhan dimulai tepat jam 09.30. Kami memberikan penyuluhan semaksimal mungkin, sesuai yang kami persiapkan. Acara selesai pada pukul 11.30. Sebelum kami meninggalkan sekolah, kami berpamitan kepada bapak kepala sekolah lalu kembali ke puskesmas untuk melaporkan kegiatan kami pada hari itu.

C.    Hari Ke Tiga
Hari Jumat, Tanggal 7 Mei 2010, merupakan hari terakhir field lab. Kami menyerahkan laporan kelompok hasil kegiatan penyuluhan kesehatan PMS dan telah dikoreksi oleh kepala puskesmas, dr. Udayanti. Pada saat itu juga kami merevisi beberapa poin dalam laporan kelompok yang telah dikoreksi oleh dr. Udayanti.
  
BAB III
PEMBAHASAN

            Penyuluhan tentang penyakit menular seksual di SMAN 1 Sambung Macan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Sambung Macan 2 telah dilakukan oleh kami,  Kelompok Field Lab 14 FKUNS. Penyuluhan diikuti oleh kurang lebih 80 siswa-siswi kelas XI IA di laboratorium IPA. Adapun dari perencanaan sampai pelaksanaan penyuluhan tidak lepas dari berbagai kendala dan kemudahan. Berikut ini akan dibahas beberapa kendala dan kemudahan yang terjadi dalam rangkaian proses penyuluhan penyakit menular seksual di SMAN 1 Sambung Macan.
            Jarak yang jauh dari fakultas merupakan salah satu kendala yang cukup mengganggu kelompok kami, karena dengan jarak yang jauh tersebut membuat kondisi tubuh kami terganggu dan waktu kami habis dijalan. Namun kami berhasil menyiasatinya dengan membawa mobil. Kendala yang kedua yaitu tidak tersedianya kabel sambungan di Laboratorium IPA karena memang sebelumnya kami lupa merencakannya sehingga kami harus mencarinya sampai ke ruang guru untuk meminjam kabel sambungan. Kejadian ini sedikit memakan waktu kami dalam mempersiapkan presentasi. Kendala ketiga yaitu waktu yang sebenarnya bagi kami sangat kurang untuk bisa menjelaskan semua materi. Namun kami tetap mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa-siswi, puskesmas, dan pihak sekolah sehingga kami tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan semua materi dengan jelas dalam waktu yang sudah disediakan.
            Pukul 09.45 penyuluhan mengenai PMS, kami mulai. Pembagian tugas yang tertata dan terencana mempermudah penyampaian materi yang ditujukan pada siswa-siswi SMA N 1 Sambungmacan. Materi yang kami sampaikan meliputi: Overview Infeksi Menular Seksual (IMS), Gonorrhoe, Sifilis, dan HIV/ AIDS. Disamping itu, ada beberapa segmen acara yang bertujuan meningkatkan semangat dan rasa ingin tahu siswa-siswi. Antara lain games, sesi tanya jawab, dan teriakan ”Cegah IMS!!” yang diikuti oleh seluruh peserta penyuluhan.
            Kendala pada tahap pelaksanaan penyuluhan hampir tidak ada karena kerjasama baik dari pihak sekolah dan puskesmas sangat baik. Pihak puskesmas sudah mempersiapkan projector lengkap dengan kabel-kabelnya sehingga kami hanya tinggal memasangnya disana. Pendamping dari puskesmas pun bersedia menemani kami sampai akhir penyuluhan. Alat-alat yang kami butuhkan sudah disiapkan oleh pihak sekolah saat kami tiba di Laboratorium IPA, siswa-siswi SMA kelas 11 pun dengan tertib datang tepat waktu sehingga kami dapat melakukan penyuluhan dengan tepat waktu.
            Siswa siswi SMA kelas 11 semula kami perkirakan akan sangat sulit dikendalikan dan tidak mau mendengarkan penyuluhan yang kami berikan tetapi sebaliknya siswa-siswi SMA kelas 11 itu sangat antusias mendengarkan, sering bertanya, dan bersedia mengikuti semua ’Games’ yang kami berikan. Mereka mendengarkan penyuluhan dengan tertib sehingga kami tidak perlu bersusah payah untuk menertibkan mereka. Saat kami lemparkan beberapa pertanyaan tentang materi yang kami berikan mereka dapat menjawabnya sehingga kami pun yakin materi yang kami berikan telah mereka tangkap dengan baik.


BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Respon para siswa di SMA N 1 Sambung Macan sudah cukup baik, dapat dilihat dari antusiasme siswa dalam memperhatikan materi yang diberikan.
2.   Kegiatan field lab kami di Puskesmas Sambung Macan II berjalan lancar, para instruktur membimbing kami dengan sangat baik, sehingga tujuan pembelajaran dari kegiatan field lab ini dapat tercapai.
3.      Penyuluhan kesehatan mengenai PMS yang kami lakukan pada saat Field Lab diharapkan dapat menyampaikan informasi serta meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya remaja SMA tentang gejala dan tanda PMS,cara penularan PMS, serta komplikasi dan bahaya PMS. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bahaya dan penularan PMS dalam rangka mencegah tingginya prevalensi kejadian PMS di masyarakat.

B.     Saran
1.      Penyuluhan Penyakit Menular Seksual (PMS) kepada remaja harus lebih sering dilakukan mengingat pentingnya pendidikan seksual sejak dini untuk meningkatkan kesadaran para remaja akan bahaya PMS.
2.  Puskesmas diharapkan lebih aktif dalam melaksanakan penyuluhan terutama pada daerah yang merupakan target utama penyuluhan.
3.      Penyuluhan hendaknya dilakukan secara lebih terprogram, terencana, efektif, dan efisien.

  
DAFTAR PUSTAKA

Price, Silvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
 Tim Field Lab UNS dan UPTD Puskesmas Sibela. 2010. Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular Seksualitas. Surakarta: FK UNS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar