“bismillahirrahmanirrahim,,,”
Kali ini saya ingin berbagi kisah saya ketika berkunjung ke BPTO, Tawangmangu, dalam rangka praktikum Herbal. Sebenarnya, kunjungan sudah sejak Kamis lalu, tanggal 13 Oktober 2011. Namun, baru bisa menuangkannya hari ini, sekaligus merecall untuk pembuatan laporan praktikum, hehe,,
BPTO (Balai Penelitian Tanaman Obat) yang sekarang disebut B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal) merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal. Herbal merupakan salah satu jenis pengobatan medis yang menggunakan tanaman alam yang sudah melalui penelitian dan terbukti khasiatnya.
BPTO selain memiliki laboratorium untuk meneliti juga memiliki kebun tanaman obat itu sendiri bahkan ada kliniknya, jadi bisa dikatakan cukup lengkap dan sangat cocok untuk tempat kunjungan ilmiah. Kita bisa belajar sekaligus refreshing. Mungkin itu sedikit gambaran mengenai tempat yang saya kunjungi. Oke, mari lanjut ke kegiatan apa saja yang dilakukan di sana.
Kegiatan pertama yang dilakukan tidak lain adalah pengarahan dan sedikit penjelasan mengenai BPTO. Setelah itu kami mulai berpetualang menelusuri gedung BPTO sambil mendapatkan penjelasan dari instruktur. Ternyata ada banyak sekali laboratorium-laboratorium di sana, yaitu:
1. Ruang Fitokimia
Disini adalah stasiun pertama tanaman obat yang berupa simplisia mengalami pemisahan zat2 kimia. Zat2 yang tidal dibutuhkan bisa dibuang dan hanya mengambil bahan-bahan tertentu saja.
2. Lab. Galenika
Setelah dipisahkan dengan zat2 yang tidak dibutuhkan, tanaman obat mengalami ekstraksi di tempat ini. Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa kimia yang dapat larut agar terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan penyair cair (air, alcohol, eter). Ada beberapa macam ekstraksi:
· Infundasi
Merupakan cara ekstraksi mengunakan panas, sehingga senyawa kimia yang tidak tahan panas akan rusak
· Maserasi
Cara ekstraksi dengan perendaman (tidak ada pemanasan). Contoh: serbuk Rosella atau Sechang direndam dengan air 10x nya selama beberpa hari (serbuk 100 gr ditambah air hingga 1 L), kemudian disaring lalu didiamkan max 2 jam, kemudian keringkan di oven.
· Perkolasi
Ekstraksi dengan cara direndam dan dialiri. Bedanya dengan maserasi, cara ini menggunakan perkolator. Serbuk dimasukkan perkolator kemudian ditambah cairan penyair sampai terendam, didiamkan 24 jam kemudian kran dibukan agar cairan mengalir, dan dari atas selalu ditambah cairan penyair, sampai semua senyawa kimia yang larut dalam penyair tersebut habis.
· Sokhletasi
Metode ini pun menggunakan alat, yaitu sokhlet. Dasarnya adalah dengan pemanasan hingga cairan penyair tersebut berubah warna, senyawa yang tidak tahan panas akan berubah warna.
3. Lab Proteksi Hama
Ruang ini sedikit berbeda dengan lab-lab sebelumnya. Dilihat dari namanya, kita sudah bisa mengetahui bahwa disini tempat pembuatan obat pembasmi hama. Namun, tentu saja obat ini pun berasal dari tanaman alam (seperti tembakau, daun mimbi, daun ungu, dll). Tekniknya sama dengan pembuatan obat herbal lainnya, hanya penggunaannya yang berbeda. Tentunya penggunannya seperti pestisida. Obat proteksi hama ini di semprotkan ke tanaman kemudian dikeringkan, setelah itu diberikan hama (misalnya ulat). Bila hama tersebut mati, maka obat itu manjur.Obat hama ini tentunya aman bila ikut terkonsumsi oleh manusia karena tidak menyerap atau merubah unsure pada tanaman yang diproteksinya.
4. Lab. Instrumen
Dari namanya, tentunya tempat ini terdapat berbagai alat-alat yang lebih lengkap untuk proses pembuatan tanaman obat selanjutnya. Di sini dapat diketahui kadar suatu zat kimia dalam suatu tanaman. Misalkan kita ingin tau dalam sekian gram suatu tanaman mengandung berapa persen flavonoid. Semua dapat diukur di tempat ini, dengan menggunakan suatu alat tentunya.
5. Lab. Formulasi
Tanaman obat yang sudah diekstrak dan sudah dipilih kandungan-kandungan yang berkhasiat, siap untuk diformulasikan menjadi berbagai macam produk, seperti sabun, minuman, aroma terapi, dan sebagainya. Di sini, produk dikemas secara rapih agar selain berkhaiat juga memiliki daya jual.
6. Lab. Herbarium
Di sinilah tempat penyimpanan tanaman obat yang diawetkan, dari bagian batang, akar, daun, buah, dan lain-lain. Gunanya selain untuk model jenis tanaman juga untuk mengetahui berapa lama tanaman tersebut bisa diawetkan. Tanaman diberi identitas angat lengkap.
7. Ruang Pelestarian
Tempat ini seperti rumah kaca yang fungsinya adalah untuk melestarikan. Maksudnya adalah tanaman-tanaman jenis baru (baik impor maupun lokal) diadaptasikan terlebih dahulu hingga bisa tumbuh dengan baik. Selain itu juga dimaksudkan agar lebih bisa mengontrol dan mengobservasi pertumbuhan tanaman baru tersebut. Setelah mulai beradaptasi dan mengenal tipe pertumbuhannya, tanaman dapat dipindah ke kebun untuk dikembangbiakkan.
Nah, seperti yang saya bilang tadi, di BPTO tidak hanya dilakukan penelitian saja, tapi juga pengembangan dan pembudidayaan. Jadi tanaman obat yang diolah tadi adalah hasil panen dari kebun sendiri. Di sini terdapat 3 jenis kebun, yaitu:
1. Kebun wisata ilmiah
Kebun ini hanya berfungsi sebagai kebun pameran, maksudnya untuk menunjukkan jenis-jenis tanamannya yang sudah tumbuh besar dan siap panen. Tujuannya agar para wisatawan dapat mengetahui berbagai macam jenis tanaman obat sekaligus menegtahui fungsinya.
2. Kebun semi-produksi
Di kebun ini, sama seperti kebun-kebun pada umumnya, dilakukan pembibitan tanaman hingga masa panen. Disebut kebun semi-produksi karena memang hasilnya disiapkan untuk produk herbal. Selain menanam sendiri, BPTO juga membeli hasil panen dari petani binaan, yaitu para petani yang dibina dalam penanaman tanaman mulai dari pembibitan, perawatan, hingga pemanenan.
3. Kebun pasca-panen
Kebun ini berfungsi untuk mengolah tanaman obat yang sudah dipanen menjadi simplisia. Simplisia merupakan tanaman obat yang belum mendapat perlakuan, kecuali dikeringkan. Meski sudah pasca panen tetap harus dilindungi dari hama, seperti kapang. Biasanya tanaman obat diiris tipis2 agar kadar airnya berkurang. Proses pengeringannya pun harus cepat karena air itulah yang nantinya akan menarik kapang-kapang. Pengeringan pertama dengan dijemur baik lansung terkena sinar matahari ataupun yang tidak (tergantung jenis tanaman). Setelah itu di oven agar hasilnya maksimal. Kadar air juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan merusak kandungan tanaman itu sendiri. Kadar yang baik adalah <10%.
Proses selanjutnya setelah tanaman obat dikeringkan adalah dilakukan QC (Quality Control) di labroratorium yang sudah dijelaskan tadi hingga menjadi sebuah produk. Nah, produk-produk yang sudah dihasilkan tersebut dipasarkan di klinik yang terletak satu gedung.
Mungkin itu sekilas mengenai pengolahan tanaman obat dari pembibitan hingga bisa dihasilkan berbagai produk. Semoga bisa memberikan sedikit gambaran kepada teman-teman mengenai herbal itu sendiri. ^.^
untuk berkunjung ke sana apa harus pakai ijin ijin tertentu?
BalasHapushari minggu bisa berkunjung apa tidak?
Kalau rombongan dari suatu institusi mungkin harus mengadakan contact dulu dengan bagian B2P2TOOT.
BalasHapusTapi jika ingin periksa atau ke poli nya saja bisa langsung ke sana.
ini ada sedikit info yang saya peroleh dari web nya:
Untuk melakukan wisata ilmiah dapat mengirimkan surat permohonan ke :
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karangangyar, Jawa Tengah
Telp. 0271 - 697010, Fax. 0271 - 697451
CP. Pedro Harmoko, S.Sos
jika ingin mengetahui info lebih jelasnya mungkin bisa membuka web tersebut di alamat http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id