Cari Blog Ini

Laman

Rabu, 01 Juni 2011

Posyandu Lansia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut Pusat Statistik, jumlah Lansia di Indonesia sampai pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 23,9 juta jiwa atau sekitar 9,77% dari jumlah penduduk total, dan jumlah ini meningkat terus menerus secara signifikan (Hanim dkk, 2010). Data lain yaitu menurut laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census United States of America (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah Lansia sebesar 414%, yang merupakan angka yang paling tinggi di seluruh dunia. Hal ini merupakan konsekuensi logis berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan bertambah banyaknya jumlah Lansia di Indonesia (Darmojo, 2007).
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan menjadi sarana pelayanan kesehatan dasar yang penting untuk meningkatkan kesehatan para Lansia (Setiti, 2006). Kegiatan ini merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Cita-cita pembangunan untuk lansia supaya tetap sehat, aktif, dan produktif dapat terwujud di setiap wilayah baik desa maupun kota. Oleh karena itu kegiatan Field Lab yang dilaksanakan di Puskesmas Kalijambe, Sragen, ini dilakukan dalam upaya menyusun strategi pemberdayaan kaum lansia khusunya pada tingkat pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat.
B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Dapat melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu Lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia.
2.      Dapat melakukan pendataan tentang keberhasilan program pencegahan dan pengobatan penyakit degenerative yang umum diderita oleh lansia.
3.      Dapat memahami tatalaksana diet lansia dan pola hidup sehat lansia.
4.      Dapat melakukan pengamatan dan rujukan kasus spesifik penyakit power syndrome pada Lansia.
5.      Dapat mengidentifikasi model pemberdayaan lansia guna tetap mampu hidup sehat dan potensial.


BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Field Lab dilaksanakan 2 hari, yaitu tanggal 23 Maret 2011 dan 30 Maret 2011 di Puskesmas Kalijambe, Sragen. Sebelum melaksanakan kegiatan, ada perwakilan dari kelompok kami yang melakukan survey sekaligus memberikan berkas dan menjelaskan maksud kegiatan. Kemudian kami diminta melakukan penyuluhan pada hari pertama, yaitu tanggal 23 Maret 2011.
Hari pertama, kami datang awal untuk mengikuti apel pagi yang biasa dilaksanakan Puskesmas Kalijambe, Sragen. Sebelum memulai kegiatan kami diberi pengarahan oleh instruktur lapangan, dr. Enny Suramto. Sembari menunggu keberangkatan menuju posyandu lansia di salah satu rumah warga, kami mempersiapkan presentasi untuk kegiatan penyuluhan yang akan kami laksanakan. Materi yang kami bawakan untuk penyuluhan tersebut adalah mengenai penyakit degeneratif yang sering dialami oleh para lansia, meliputi hipertensi, diabetes mellitus, dan osteoarthritis. Kami dibagi dalam 3 kelompok sesuai dengan jumlah penyakit yang akan kami sampaikan. Setiap penyakit disampaikan oleh 1 sampai 3 orang.
Kegiatan Posyandu Lansia Melati 4 dilaksanakan di salah satu rumah kader di desa Donoyudan.  Acara tersebut dimulai dengan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh petugas dari puskesmas. Kami disambut sangat hangat. Sambil menunggu pemeriksaan tersebut, kami mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyuluhan, seperti LCD, laptop, dan materi. Setelah beberapa lama sebagian pasien yang telah menjalani pemeriksaan, berkumpul di ruangan tempat penyuluhan sambil menunggu pasien yang belum selesai. Namun, sebelum semuanya berkumpul kami memulai penyuluhan karena hari sudah hampir siang dan para audiens sudah terlalu lama menunggu. Mereka sangat antusias mendengarkan penyuluhan kami dan menyampaikan beberapa pertanyaan. Kami memberikan jawaban dan penjelasan mengenai pertanyaan mereka semampu kami berdasar apa yang telah kami pelajari dan dapatkan di kuliah selain itu dr. Enny Suramto ikut memberikan tambahan penjelasan kepada para audiens agar mereka lebih puas dan mantap. Setelah kegiatan penyuluhan selesai, kami segera membereskan peralatan dan berpamitan serta mengucapkan banyak terimakasih atas kesediannya menerima kami.
Hari kedua, tidak ada kegiatan lapangan lagi, kami hanya mengumpulkan laporan dan revisi jika ada yang masih perlu diperbaiki.
  
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data yang kami dapatkan dari salah seorang kader, jumlah target dari dua dusun kurang lebih sebesar 70 lansia. Sedangkan yang datang diposyandu lansia sekaligus lansia yang memiliki keluhan adalah 45 orang. Dengan demikian, presentase target lansia yang mengikuti kegiatan tersebut sebesar  = 64%. Sebaiknya target jumlah lansia yang mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia mencapai 80 –100%.
Kendala yang paling sering kami temui adalah masalah bahasa. Mengingat sasaran kami adalah para lansia yang berasal dari desa, maka kami pun harus menyesuaikan cara penyampaiannya dengan menggunakan bahasa Jawa, khusunya karma. Padahal kami tidak begitu lancer menggunakan bahasa krama, apalagi untuk preentasi. Malah ada yang tidak bisa berbahasa jawa. Untung saja, para audiens sangat pengertian sehingga memepersilahkan kami menggunakan Bahasa Indonesia. Kendala lainnya adalah masalah waktu. Saat menunggu pasien lain yang masih menjalani pemeriksaan, ada beberapa audiens yang berpamitan pulang. Oleh karena itu untuk mencegah bubarnya audiens maka kami segera memulai acara penyuluhan, sembari menunggu yang lain selesai.
Ketika penyuluhan dilaksanakan, beberapa audiens bertanya. Hal itu menunjukkan mereka memberikan suatu perhatian dan bisa menangkap apa yang kami sampaikan. Memang ada beberapa istilah yang tidak difahami oleh audinse karena kami masih menggunakan beberapa istilah ilmiah. Namun, kami segera memperbaikinya dan dibantu oleh instruktur lapangan kami, dr. Enny Suramto untuk menjelaskannya.
Kegiatan ini kami rasa sangat bermanfaat bagi para lansia sebagai wadah untuk berkumpul dan mendapatkan ilmu untuk meningkatkan kualitas kesehatan para lansia. Melihat antusiasme mereka mencerminkan bahwa ada niat dari diri mereka untuk menjadi lebih sehat. Namun, sayangnya jumlah lansia yang hadir tidak memenuhi target yang direncanakan, sehingga tidak semua lansia mendapatkan ilmu saat penyuluhan.


BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Secara keseluruhan, kegiatan Field Lab yang dilakukan di Puskesmas Kalijambe berlangsung lancar. Penyuluhan yang dilakukan di Posyandu Lansia Melati 4, desa Donoyudan, sedikit mengalami hambatan tetapi masih bisa diatasi sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kegiatan posyandu lansia yang dilakukan di desa donoyudan sudah rutin, hanya saja kurang bisa mencapai target yang disarankan, yaitu 80 – 100%.

B.     Saran
Sebaiknya dilakukan himbauan lebih kepada para lansia agar mau mengikuti atau hadir di acara posyandu lansia. Dengan begitu ilmu yang disampaikan dapat lebih merata ke semua lansia dan dapat meningkatkan kesehatan para lansia. Peran dari pemerintah sangat diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan posyandu lansia tersebut karena dirasa sangat positif bagi para lansia.
Mengingat jumlah dan presentase lansia yang terus bertambah sejalan dengan meningkatnya taraf kesehatan, maka peningkatan pelayanan medis bagi para lansia juga sangat dibutuhkan, seperti oket yang mengutamakan lansia atau struktur bangunan yang memudahkan mobilitas lansia. Para lansia supaya tetap dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lingkungan sosialnya karena hal ini sangat baik terhadap keadaan jiwa lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R. B. 2007. Gerontologi dan Geriatri di Indonesia.Dalam: Sudoyo A. W., Setiyahada B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S.(eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 1447-50.
Hanim D., Widyaningsih V., Lestari A., Wicaksono B. 2010. Manual Field Lab KIE: Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia.Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS, pp.1-33.
Setiti S. G. 2007. Laporan Hasil Penelitian: Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan.http://www.depsos.go.id/unduh/penelitian2007/200707. (22 April 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar