Cari Blog Ini

Laman

Kamis, 26 Mei 2011

Demam Berdarah Dengue (DBD)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Demam Berdarah Dengue sudah sangat sering dijumpai di Indonesia dan penyakit ini memang endemik. Tak sedikit juga pasien meninggal karena penyakit ini. Untuk mencegah semakin bertambahnya angka kematian ataupun morbiditas dari DBD, seorang Dokter perlu mengetahui patogenesis dan penyebab dari penyakit tersebut. Dengan mengetahui lebih dalam dari penyebab tersebut akan mempermudah dalam diagnosa dan mengenali gejala yang ditimbulkan, sehingga mengurangi kemungkinan salah diagnosis yang dapat menyebabkan salah penatalaksanaan. 

Skenario
Seorang mahasiswi laki-laki berumur 21 tahun mendadak demam tinggi selama 3 hari, disertai dengan nyeri kepala, mual, mialgia, nafsu makan berkurang dan badan terasa lemas. Pada hari keempat saat bangun tidur pada lengannya terlihat bintik kemerahan. Penderita tidak batuk-pilek. Sudah minum obat paracetamol, akan tetapi demam tetap tinggi, sehingga dia memeriksakan diri ke dokter.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan tanda vital T 110/90 mmHg N 120x/mnt suhu 39,5oC RR 20x/mnt test pembendungan (RL) ternyata hasilnya positif. Pada pemeriksaan laboratorium dodapatkan jumlah leukosit 3.500/mm3, Hematokrit 42% serta jumlah trombosit 50.000/mm3. Pemeriksaan serologi IgG dan IgM anti dengue positif.
Seminggu yang lalu tetangga penderita umur 3 tahun ada yang meninggal karena penyakit Demam Berdarah.

 Hipotesis
Pasien tersebut menderita Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh virus dengue.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana mekanisme gejala yang terjadi?
2.      Apakah demam 3 hari dapat digunakan untuk diagnosis?
3.      Mengapa parasetamol tidak mempan?
4.      Bagaimana penyebaran penyakit tersebut?
5.      Bagaimana interpretasi hasil lab?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui seluk beluk virus Dengue
2.      Mengetahui patogenesis gejala.
3.      Mengetahui interpretasi hasil test lab.
4.      Mengetahui penyakit yang disebabkan virus Dengue.
5.      mengetahui epidemiologi penyakit.

D.    MANFAAT
1.      Mahasiswa mampu mengetahui seluk-beluk agen infeksius dan peranannya terhadap timbulnya penyakit.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui predileksi organ atau system yang mengalami infeksi dan penyakit.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui predisposisi penyakit tropis dan infeksi, meliputi factor daerah, lingkungan, anatomis organ, fisiologis organ, dan usia.
4.      Mahasiswa mampu memahami proses terjadinya penyakit tropis dan infeksi.



BAB II
STUDI PUSTAKA

A.    VIRUS DENGUE
Virus dengue merupakan anggota dari flafiviridae (Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994) dengan vektor jenis artrhopoda sehingga sering juga disebut Arbo Virus (Nelson, 2000). Sampai saat ini dikenal 4 tipe virus dengue, yaitu Den I, Den II, Den III, dan Fen IV. Virus ini merupakan jenis virus RNA yang memiliki virion yang berfungsi sebagai fenomena hemaglutinasi, neutralisasi, interaksi virus dengan sel saat awal infeksi (Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994).
Virus ini dapat berkembang biak dalam tubuh manusia dan hewan primate (simpanse, kelinci, mencit,marmot, tikus, hamster, nyamuk), namun viremia pada manusia lebih panjang masanya dan kadarnya lebih tinggi. Vektor virus dengue berasal dari genus Aedes, yaitu A.aegypti, A.albopictus, A.scutellans, A.africanus, A.rotumae, A.niveus, A.Luteochepalus, A.hakansoni, A.faylon, A.furcifer, A.polynesiensis, dan A.cooki. Biasanya virus ini menyerang system retikuloendotel, yaitu sel monosit dan progenitornya, sel endotel, sel kupfer, sel limfosit, dan makrofag (Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994).
Dikenal ada dua siklus transmisi, yaitu dengue kota, dimana rantai penularannya adalah manusia-nyamuk-manusia biasanya oleh nyamuk Aedes aegypti dan dengue hutan, dimana rantainya manusia-nyamuk-monyet-nyamuk-manusia oleh nyamuk Aedes niveus. Virus dengue dapat ditemukan dan tersebar sangat luas di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Australia dengan endemisitas dan kombinasi virus yang belum tentu sama. Asia Tenggara termasuk salah satu wilayah endemik dimana keempat tipe virus dapat ditemukan (Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994).


B.     INFEKSI VIRUS DENGUE
Virus Dengue menempel pada tubuh hospes dengan 2 cara, yaitu terikat pada reseptor virus yang ada dipermukaan sel lalu menghancurkan reseptor di membran plasma oleh enzim tripsin dari virus dan melalui antibodi antidengue yang disebut ”Immune Infection Enhancement”, virion membentuk komplek dengan antibodi antidengue dari kelas IgG di sisi Fc-nya. Setelah terjadi penempelan, virus masuk ke dalam sel dengan 2 cara, yaitu endositosis atau pinositosis dan fusi antara selubung virus dengan membran plasma yang diikuti pelepasan nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel. Fusi tersebut lebih baik pada suasana asam.
Bagian virus yang masuk ke tubuh hospes adalah bagian virionnya. Lalu terjadi pelepasan kapsid sehingga terjadilah transalasi RNA virus yang pada akhirnya membuat cerminan genom virus. Pada waktu transalasi semua kompnen termasuk protein-protein virus terbentuk lalu terjadilah morfogenesis lengkap virion. Pelipatgandaan virus tidak hanya dirangsang oleh antibodi antidengue pada kadar rendah, tetpi juga dirangsang oleh zat aktif lain, yaitu dinding sel bakteri, toksin bakteri, komponen cacing usus, lektin, dan sebagainya.
(Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994)

C.    ANTIBODI ANTIDENGUE
Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel retikuloendotel dan menimbulkan viremia. Sebagai reaksi terhadap infeksi tubuh akan membuat antibodi antidengue, baik berupa antibodi netralisasi, antibodi penghambat hemaglutinasi, dan antibodi pengikat komplemen. Pada infeksi primer, antibodi yang pertama timbul adalah antibodi netralisasi, yaitu pada hari ke lima minggu pertama – minggu ke empat untuk kemudian turun dengan lambat dan keberadaannya dapat bertahan seumur hidup.
Antibodi hambatan hemaglutinasi timbul beberapa hari kemudian dan naik titernya sejajar dengan kenaikan titer antibodi netralisasi untuk kemudian menurun lebih cepat daripada antibodi netralisasi dan bertahan dalam tubuh bertahun-tahun. Antibodi ini sangat bereaksi silang dengan tipe virus dengue lain. Antibodi pengikat komplemen timbul mulai minggu ke dua – ke tiga dan titernya naik cepat hampir sejajar dengan kenaikkan titer antibodi hambatan hemaglutinasi kemudian menghilang dari tubuh dalam 1 -3 tahun. Antibodi ini juga bereaksi silang dengan flavivirus lain. Tidak semua antibodi menetralkan virus dengue, pada konsentrasi dibawah ambang netralisasi virus justru mempermudah infeksi virus pada sel retikuloendotelial.
(Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 1994)

D.    DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Sunyataningkamto, 2009). Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan: manipulasi (uji torniquet positif) dan spontan (petekie, ekimose, perdaharahan gusi, hemetemesis atau melena), pembesaran hati, dan syok. Sedangkan Kriteria laboratoriknya adalah trombositopenia: jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3 dan hemokonsentrasi: meningginya nilai hematokrit atau Hb ≥20% dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesense (Rampengan, 2007). Berdasarkan rincian gejalanya, demam dengue dapat dibagi atas empat derajat, yaitu
DD/DBD
Derajat
Gejala
DD

Demam disertai satu/lebih gjl: nyeri kepala, nyeri retro orbita, mialgia, artralgia
DBD
I
Gejala tsb di atas, + uji torniquet positif
DBD
II
Gejala tsb di atas, + perdarahan spontan
DBD
III
Gejala tsb di atas, +kegagalan sirkulasi
DBD
IV
Syok berat disertai TD & nadi tak terukur
(Suhendro et. Al, 2007)
DBD ini harus dibedakan dengan Demam Dengue (DD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).
 Jenis Penyakit
Ada/tidak perdarahan
Ada/tidak syok
Tipe Demam
DD
Ada (kadang) atau Tidak
Tidak
Suhu naik-turun-sembuh
DBD
Ada
Tidak
Suhu naik-turun-syok
SSD
Ada
Ada
Suhu naik-turun-tanda syok (belum syok)
(Dublish and Ira, 2009)
Mekanisme perdarahan (Sunyataningkamto, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN

Seorang pasien dating dengan keluhan mendadak demam tinggi selama 3 hari, disertai dengan nyeri kepala, mual, mialgia, nafsu makan berkurang dan badan terasa lemas. Dari gejala demam tersebut, kemungkinan besar pasien mengalami infeksi. Namun, dengan hanya melihat jenis demam saja dan beberapa gejala klinis tersebut belum bisa ditentukan jenis infeksinya. Dari anamnesis selanjutnya didapatkan bahwa pada hari ke empat, timbul bintik-bintik merah. Hal ini bisa mengarahkan kepada penyakit infeksi yang dapat menimbulkan perdarahan, karena bintik-bintik merah tersebut adalah jenis perdarahan spontan di kulit dengan salah satu sebabnya adalah trombosit yang kuirang. Selain itu, penderita juga tidak batuk dan pilek. Hal ini dapat dipakai untuk mengeliminasi penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapat tanda vital yang normal, kecuali pada suhunya. Pada test pembendungan, didapatkan hasil yang positif. Untuk menetapkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Dari test tersebut didapatkan leucopenia dan trombositopenia. Agen infeksi yang menyerang leukosit dan trombosit adalah virus dengue. Virus ini mampu berikatan dengan trombosit sehingga terjadi agregasi trombosit lalu destruksi. Selain itu, formasi antigen-antibodi dapat mengaktifkan kinin yang dapat menyebabkan proses koagulopati sehingga terjadi destruksi trombosit. Hal tersebut diperkuat dari tes serologi yang dialkuakn yang menunjukkan hasil positif IgG dan IgM antidengue. Penyakit yang disebabkan virus dengue bisa DBD, DD, atau SSD.
Melihat gekala-gejala sebelumnya dan vital sign pasien, pasien tersebut belum mengalami syok ataupun tanda-tandanya. Dengan begitu SSD bisa digugurkan. Lalu melihat gejala-gejala seperti nyeri kepala, mual, mialgia, ditambah uji pembendungan (Rumpel leeds) positif, bisa dipastikan pasien terdiagnosis DBD. Karena hasil hematokrit masih dalam ambang normal, kemungkinan infeksi belum parah. Diagnosa DBD lebih diperkuat dari pernyataan pasien bahwa ada tetangganya yang terkena DBD bahkan sampai meninggal. Vektor dengue, yaitu nyamuk Aedes aegypti dapat menyebar sampai radius 100 m.
Sebenarnya penyakit DBD menunjukkan symptom yang berarti pada infeksi sekunder. Infeksi primer tetap menunjukkan gejala, tetapi hanya ringan. Setealh seseorang sembuh dari infeksi primer, orang tersebut refrakter atau tahan terhadap kemungkinan infeksi oleh tipe virus dengue lain. Setelah kurun waktu 6 bulan, infeksi sekunder oleh tipe virus dengue lain dapat terjadi. Ada juga DBD yang asimptomatik, biasanya orang tersebut karier. Tipe demam DBD memang sangat khas, yang biasa disebut tipe “pelana kuda”, jadi pada hari 1 dan 2, suhu naik, lalu hari ke- 3 dan 4 demam turun, tetapi justru inilah fase kritisnya, lalu demam naik lagi kemudian turun perlahan sebagai fase penyembuhannya. Penyakit ini bisa dikatakan sangat berbahaya. Jika dilakukan kesalahan pengobatan atau keterlambatan bisa menyebabkan kematian, seperti yang dialami tetangga pasien. Hal tersebut juga bisa dipengaruhi umur. Tetangga pasien masih berumur 3 tahun, berarti sistem kekebalannya juga belum begitu siap, padahal antibodi yang berkadar rendah justru bisa membantu virus ini untuk berkembangbiak. Lalu masalah pasien yang pernah minum obat parasetamol tetapi tidak sembuh bia disebabkan oleh bebrapahal, mungkin terjadi gangguan sistemik, atau target sasaran organ obat tersebut tidak sesuai dengan penyakit yang dialami pasien.





BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A.    SIMPULAN
  1. Virus dengue mampu menggnakan antibodi sebagai pemicu perkembangbiakannya, asalkan dalam kadar dibawah ambang netralisasinya.
2.      Demam Dengue (DD) yang mengalami perdarahan disebut Demam Berdarah Dengue (DBD) dan DBD yang mengalami syok disebut Sindrom Syok Dengue (SSD)
3.      DBD biasanya terjadi setelah infeksi sekunder dari virus Dengue yang berbeda tipe karena infeksi primer hanya menunjukkan gejala yang ringan.
4.      DBD dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi penyakit karena keterlambatan atau keslahan pengobatan dan dipengaruhi oleh umur juga.

B.     SARAN
  1. Diagnosis penyakit harus tepat untuk menentukan penatalaksanaan yang teapt sehingga dapat mencegah adanya komplikasi.
  2. Memberikan penyuluhan, #M plus, serta fogging pada daerah yang sudah ditemukan kasus DBD.
  3. Meningkatkan kesadaran pribadi dalam menjaga kebersihan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Dublis, vishal and Ira Shah. 2009. Infectious Disease: Dengue. www.pediactricioncall.com
 Nelson, Waldo et. Al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Jakarta: EGC.
 Staf Pengajar Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.
 Rampengan, T.H. 2007. Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.
 Suhendro et. Al. 2007. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Sunyataningkamto, 2009. Infeksi Virus Pada Anak. Unpublished Paper Presented At Kuliah Blok Penyakit Tropik dan Infeksi Fakultas Kedokteran UNS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar