BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di beberapa bagian di dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih secara epidemis. Gizi lebih kebanyakan dialami oleh negara-negara barat. Sedangkan gizi buruk dialami oleh negara-negara sebelah timur, salah satunya adalah Indonesia. Saat ini kasus tersebut semakin banyak terjadi. Sumber daya manusia orang Indonesia sangat mempengaruhi terjadinya kasus tersebut. Dengan kurangnya pendidikan mengenai kesehatan yang berkaitan dengan gizi menyebabkan kesalahan pada pemberian asupan gizi dan makanan. Selain itu, faktor ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap pemeberian asupan makanan dan gizi, seperti pada skenario dalam laporan ini. Untuk itu pelu dilakukan tindakan segera agar kondisi tidak semakin memburuk.
Skenario
Seorang anak perempuan umur 3 tahun, dibawa ibunya periksa ke Puskesmas, dengan keluhan badan lemah, udem muka, dan kedua ekstrimitas inferior sejak 2 bulan. Penderita anak ke empat seorang buruh tani di desa. Nafsu makan menurun, sehari-hari makan dua kali dengan menu nasi sayur seadanya.
Sejak dua tahun yang lalu anak tersebut mengalami diare kronis kalau minum susu formula yang mengandung laktosa. Konsistensi faeces cair, berbuih, keluar menyemprot, frekuensi 5–6x/hari dan dieawat di RS dengan diagnosis intoleran laktosa. Karena alasan ekonomi, orang tua pasien tidak dapat memberikan susu formula bebasosa.
Pada pemeriksaan fisik saat ini didapatkan rambut kemerahan, tumbuh jarang, mudah dicabut, dan tidak terasa sakit. Abdomen membuncit, ada pitting udem di ekstrimitas inferior. Dokter menyarankan anak tersebut rawat inap dengan perbaikan konsumsi makanan.
Hipotesis
|
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi zat gizi bagi tubuh?
2. Bagaimana proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein?
3. Bagaimana penatalaksanaan kasus Gizi buruk?
4. Bagaimana terjadinya intoleran lactosa pada anak tersebut?
C. TUJUAN
1. Mengetahui fungsi-fungsi zat gizi bagi tubuh.
2. Mengetahui proses metabolisme kabohidrat, protein, dan lemak.
3. Mengetahui penatalaksanaan ksus gizi buruk.
4. Mengetahui terjadinya intoleran laktosa dan kaitannya dengan masalah gizi buruk.
D. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat memahami permasalahan gizi buruk samapai pada penanganannya.
2. Mahasiswa dapat menganalisis permasalahan gizi hingga proses metabolisme dalam tubuh.
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Intoleran laktosa
Gangguan penyerapan laktosa karena defisiensi enzim lactase dalam brush border (microvilli) usus halus (Anonim, 2007). Laktosa meruapakan disakarisa yang terdiri dari monosakarida glucosa dan fructosa dan hanya terdapat di susu sehingga disebut gula susu (Almatsier, 2004).
2. Pitting Udem
Pitting adalah cekungan yang bertahan selama beberapa menit setelah pelepasan tekanan yang kuat. Sedangkan udem merupakan cairan dalam jumlah besar yang abnormal di ruang jaringan interseluler (Dorland, 2006).
3. Diare Kronis
Diare merupakan frekuensi pengeluaran dan kekentalan proses feses yang tidak normal. Kronis adalah suatu kondiasi menetap untuk suatu periode yang panjang (Dorland, 2006).
4. Konsistensi faeces cair
Kotoran yang dikeluarkan dari usus dalam keadaan yang cair (Dorland, 2006).
5. Susu formula
Perahan susu khusus yang diperoleh di peternakan yang digunakan sebagai pendamping ASI (Anonim, 2008).
B. FUNGSI ZAT GIZI
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi ini meliputi 5 hal, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Selain itu juga diperlukan air. Zat-zat tersebut memiliki fungsi masing-masing terhadap tubuh manusia.
1. Karbohidrat
· Sumber energi
· Pemberi rasa manis pada makanan
· Penghemat protein
· Pengatur metabolisme lemak
· Membantu pengeluaran feses
2. Protein
· Sumber energi
· Pertumbuhan dan pemeliharaan
· Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
· Mengatur keseimbangan air
· Memelihara netralitas tubuh
· Pembentukan antibodi
· Mengangkut zat gizi
3. Lemak
· Sumber energi
· Sumber asam lemak essensial
· Alat angkut vitamin larut lemak
· Menghemat protein
· Memberi rasa kenyang dan kelezatan
· Sebagai pelumas
· Memelihara suhu tubuh
· Melindungi organ dalam
4. Vitamin
Vitamin terbagi menjadi vitamin yang larut lemak (A, D, E, dan K) dan larut air (B-kompleks dan C). Secara umum vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau bagian dari enzim.
5. Mineral
Mineral ada yang makro dan ada yang mikro. Mineral makro terutama natrium, klor, dan kalium berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Natrium, kalsium, kalium, dan magnesium diperlukan untuk tranmisis serat dan kontraksi otot. Fosfor dan magnesium terllibat dalam metabolismo energi. Kalsium, fosfor, dan magnesium berperan dalam memberi bentuk tulang.
(Almatsier, 2004)
C. METABOLISME
Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Pencernaan karbohidrat menghasilkan glukosa. Sebagian dari glukosa disimpan sebagai glikogen, dan sebagian dibawa ke otak dan lain-lain sel. Di dalam sel glukosa mengalami glikolisis, yaitu dipecah menjadi piruvat kemudian piruvat menjadi Asetil KoA untuk menghasilkan energi. Asetil KoA memasuki siklus TCA dan RTE untuk menghasilkan lebih banyak energi. Glukosa melalui piruvat dapat diubah menjadi gliserol dan melalui Asetil KoA menjadi asam lemak. Jadi kelebihan karbohidrat daoat diubah menjadi lemak (lipogenesis).
Pencernaan lemak menghasilkan gliserol dan asam lemak. Sebagian dirakit kembali di dalam hati dan disimpan sebagai lemak di dalam sel-sel lemak. Sebagian dari asam lemak diubah menjadi asetil KoA, memasuki siklus TCA dan RTE untuk menghasilkan energi atau membentuk bahan-bahan keton. Sebagian dari gliserol diubah menjadi piruvat yang dapat diubah menjadi glukosa asetil KoA untuk menghasilkan energi.
Pencernaan protein menghasilkan asam amino. Sebagian besar asam amino digunakan untuk pembangunan protein tubuh. Bila ada kelebihan atau tidak tersedia cukup karbohidrat dan lemak untuk kebutuhan energi, sebagian dari asam amino dipecah melalui jalur yang sama dengan glukosa untuk menghasilkan energi. Asam amino lain, langsung memasuki siklus TCA untuk menghasilkan energi.
(Almatsier, 2004)
BAB III
PEMBAHASAN
Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh anak dalam skenario tersebut seperti badan lemah, udem muka dan kedua ekdstrimitas inferior, rambut kemerahan, tumbuh jarang, mudah dicabut, dan tidak terasa sakit merupakan tanda-tanda dari anak yang mengalami gizi kurang atau malnutrisi, khususnya pada protein. Dari sisi asupan makanan, nasi dan sayur seadanya jelas tidak seimbang dalam kandungna zat gizinya, apalagi hanya 2x/hari. Hal ini merupkan faktor primer timbulnya kutrang gizi atau gizi buruk. Faktor sekundernya adalah kondisi dari anak tersebut dimana dia adalah anak ke-4dari petani yang tergolong ekonomi rendah. Dengan banyaknya anak, jelas mempengaruhi jumlah proporsi makanan yang diperoleh setiap anaknya.
Jika melihat dari kegunaan zat-zat gizi, dapat diperoleh hubungan yang sangat kuat terhadap timbulnya masalah tersebut. Kandungan dalam nasi adalah karbohidrat sedangkan dalam sayur mengandung protein (jika kacang-kacangan) vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang kecil. Dari komposisi tersebut belum terdapat lemak yang juga penting untuk tubuh. Ditambah lagi dalam sehari hanya makan 2x, kebutuhan zat gizi yang diperoleh menjadi lebih kecil. Badan lemah yang timbul karena kekurangan karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi.
Protein yang dikonsumsi anak tersebut sangat sedikit bahkan tidak ada, padahal fungsi protein sangat diperlukan tubuh terutama sebagai zat pembangun. Salah satu fungsi protein untuk perumbuhan dan pemeliharaan akan menggantikan dinding usus setelah berumur 4 – 6 hari. Jika konsumsi protein kurang, maka dinding usus baru akan mengalami kesulitan untuk dibentuk sehingga enzim laktase yang di hasilkan di mikrovilli usus halus juga mengalami hambatan dan hanya terbentuk sedikit. Padahal enzim laktase berfungsi untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan fruktosa. Jika kekurangan enzim laktase, maka laktosa tidak akan bisa dipecah dan akan tertinggal di saluran pencernaan sehingga akan difermentasikan oleh bakteri menghasilkan asam laktat, asam organik lain, CO2, dan H2. Perut akan menjadi kembung, kejang, dan diare (seperti yang dialami anak tersebut).
Terjadinya udem juga disebabkan karena kekurangan protein yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air atau biasanya disebut dengan hipoalbunemia yang akan berpengaruh terhadap tekanan osmotik sel. Albumin di dalam plasma dalam keadaan normal terdapa dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga air di dalam plasma juga tidak terlalu banyak. Karena albumin dalam plasma berkurang, maka jumlah air berlebihan, sehingga air juga masuk ke dalam sel. Padahal sel sudah berisi cukup air sehingga terjadilah penumpukan air di sel tersebut. Selain itu, transportasi dan absorpsi zat gizi juga diatur oleh protein. Bisa dibayangkan jika asupan protein saja sedikit bahkan tidak ada bagaimana kegiatan transportasi zat gizi lain dan absorpsinya, jelas sangat terganggu.
Zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme. Proses tersebut berbuhungan erat dengan kehadiran enzim. Enzim dibentuk dari protein dalam tubuh. Jika asupan protein sedikit bahkan tidak ada jelas akan sangat mengganggu pembentukan enzim yang akhirnya menimbulkan gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme akan mempengaruhi gangguan fungsional tubuh yang berdampak pada perubahan anatomis.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dan ciri-ciri yang ditemukan anak tersebut menderita gizi buruk tipe kwashiorkor. Penyakit ini memilki ciri-ciri adanya edema, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, kekerahan, mudah dicabut, anak cengeng, rewel, apatis, pembesaran hati, hipotrofi, diare (Mansjoer, 2008). Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah dengan makan karbohidrat yang cukup, protein 12 % dari total kalori, dan lemak 10 % dari total kalori (Anonim, 2008). Pengobatan awal yang dilakukan adalah dengan memberika 50 mL air gula. Kemudian dapat diobati diarenya terlebih lalu memberikan susu encer tapi sering (sedikit demi sedikit ditambah), perbaikan asupan nutrisi, jangan diberikan protein tinggi dan kalori inggi tapi dengan bertahap karena bisa menyebabkan pembesaran hati dan abdomen (Behrman and Arvin, 2000).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh asupan makanan yang dipeoleh dan kondisi lingkungannya (termasuk ekonomi keluarga).
2. Intoleran laktosa secara langsung disebabkan karena kekurangan enzim laktase dan secara tidak langsung karena kurangnya asupan protein.
3. Malnutrisi atau kekurangan gizi menyebabkan terganggunya metabolisme sehingga menimbulkan perubahan fisiologi tubuh.
4. Malnutrisi dapat dicegah dan diobati.
B. SARAN
1. Makanan yang dikonsumsi harus cukup kadar zat gizi yang diperlukan bagi tubuh.
2. Pada usia awal sampai beberapa tahun kelahiran harus diperhatikan asupan gizi yang diperoleh.
3. Jika timbul tanda-tanda yang kurang baik pada kondisi anak segera konsultasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2007. Intoleransi Laktosa. medlinux.blogspot.com/20/08/07/intoleransi-laktosa.html.
---------. 2008. Laporan Praktikum Protein dan Susu. one.indoskripsi.com/content/protein-susu-laporan praktikum.
---------. 2008. Malnutrition. www.medlineplus.com
Behrman, Kliegman dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dorland, W.A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland-Edisi 29. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif et. Al. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar